RASA 9 : Tawa, Kata, dan Cerita

 

PUISI/SAJAK

Tawa di Antara Kata
Oleh Herlyanti Putri


Di antara jeda kata,
tawamu tumbuh seperti senja,
merah muda, hangat,
dan sedikit nakal.

Kita menulis cerita tanpa tinta,
hanya dengan napas dan tawa yang bersahut,
seolah waktu takut mengganggu
kebahagiaan yang begitu sederhana.

Kata-kata hanyut jadi puisi,
tawa menjelma musik,
dan kita dua jiwa yang menertawakan
betapa indahnya hidup,
walau kadang hanya dengan satu kalimat yang lucu
dan secangkir teh yang hampir dingin.

Cerita yang Menertawakan Diri Sendiri
Oleh Farah Shafira Devanda

Aku menulis tawa
di antara baris cerita,
tentang hari-hari yang kikuk,
dan mimpi yang sering tersandung kenyataan.

Namun di setiap salah ejaan hidup,
selalu ada tawa kecil yang menambal luka,
menyebut,
“Tak apa, hidup memang lucu begini.”

Kata berlari,
cerita berputar,
dan tawa ia tinggal paling lama,
di sudut hati yang menolak menyerah.


SENANDIKA

Tawa yang Tertinggal
Oleh Khairannisa

Lucu, ya.
Ternyata tawa juga bisa menua.
Dulu rasanya ringan, seperti angin yang berlarian di antara rambut dan langit sore yang jingga.
Sekarang, setiap tawa punya beban kecil di ujungnya, semacam sadar bahwa setelah ini, dunia menunggu lagi dengan seriusnya.
Aku sering menatap cermin dan mencari sisa versi diriku yang dulu, yang bisa tertawa tanpa alasan, yang percaya setiap cerita akan berakhir bahagia.
Tapi waktu berjalan, dan aku belajar, bahwa tidak semua kehilangan perlu disesali.
Beberapa hanya perlu diingat…
Dengan senyum kecil, dan doa agar tawa itu menemukan jalannya pulang.

Kata yang Tak Sempat
Oleh Khairannisa


Ada banyak kata yang tak pernah keluar dari bibirku.
Bukan karena tak tahu bagaimana mengucapkannya,
tapi karena tak semua kata punya tempat untuk pulang.
Aku menulisnya di udara, di tepi halaman buku, di ruang kepala yang terlalu ramai.
Beberapa kata adalah doa,
beberapa lainnya hanya sisa cerita yang tak selesai.
Mungkin begitulah caranya hidup berbicara padaku:
dengan diam, dengan jeda, dengan tawa yang samar.
Dan di antara semua yang tak terucap itu,
aku belajar… bahwa tidak apa-apa jika cerita ini tak sempurna,
selama aku masih bisa menulis,
meski hanya untuk mengingat bahwa aku pernah merasa hidup.


QUOTES

Oleh Aisya Afra Amatullah


“Tawa adalah jeda yang membuat setiap cerita terasa lebih ringan dibaca oleh waktu.”

“Kata bisa menyembuhkan, tapi tawa membuat setiap luka mau bercerita.”

“Di antara ribuan kata, satu tawa tulus sering kali menjadi kalimat paling indah.”

“Cerita hidup tak selalu harus sempurna, cukup ada tawa yang mengiringi setiap katanya.”

CERPEN

Tawa, Kata, dan Cerita
Oleh Debby Gustia Fatma


Hari ini, angin sore membawa aroma yang aneh seperti campuran antara nostalgia dan sedikit kegelisahan. Aku duduk di bangku taman, memperhatikan anak-anak yang tertawa sambil berlarian, seolah dunia hanya punya dua hal: keceriaan dan waktu yang tak terburu.

Kadang aku iri. Pada tawa mereka yang lepas, pada langkah kaki yang tak pernah takut salah arah. Aku dulu begitu juga, sebelum waktu menepuk pundakku pelan dan berkata, “Sudah waktunya kamu tumbuh.”

Lucunya, dewasa ternyata bukan soal umur. Ia datang diam-diam dalam bentuk tumpukan tanggung jawab, pesan-pesan yang tak lagi dibalas cepat, atau janji-janji yang tak bisa dipenuhi.
Aku merindukan masa ketika satu-satunya hal yang kupikirkan hanyalah tugas sekolah atau kenapa matahari tenggelam begitu cepat.

Sekarang, aku belajar bahwa hidup adalah rangkaian kata yang disusun dari tawa dan cerita tapi tidak semua cerita berakhir dengan bahagia, dan tidak semua tawa berarti ringan hati.
Ada tawa yang tumbuh dari lelah, ada cerita yang tak selesai tapi tetap disimpan baik-baik.

Aku takut cepat dewasa, bukan karena aku tak siap, tapi karena aku tahu… semakin tumbuh, semakin banyak hal yang harus dilepaskan termasuk versi diriku yang dulu begitu mudah bahagia.

Namun mungkin, begitulah hidup. Kita tidak benar-benar kehilangan masa lalu. Kita hanya belajar menulis ulangnya dengan cara yang lebih lembut. Dan selama aku masih bisa tertawa, bercerita, dan menuliskan kata mungkin aku belum sepenuhnya hilang di antara kedewasaan itu.







Post a Comment

Lebih baru Lebih lama