MADING 13

 

Mading 13

Tema: Friendzone

Pojok Quotes

“Ujian paling berat dalam persahabatan laki-laki dan perempuan adalah perasaan. Ketika salah satunya menyimpan perasaan maka persahabatan itu akan menuju kehancuran.”

-Hana Salsabila Putri-

Pojok Sastra

Kamu kan Temanku

Karya: Mutiara Salsabilla

 

“Siang nanti kamu sibuk, ga, Ki? Mau kutraktir toast?”

Itu kesekian kalinya Bintang mengajakku untuk pergi bareng. Entah itu untuk makan siang, ngopi (meskipun aku tidak bisa minum kopi) di kafe temannya, mencari-cari novel kesukaannya di Gramedia, atau sekedar jogging pagi.

Aku meng-iya-kan ajakan via telfon-nya, selanjutnya dia bilang kalau akan menjemputku di depan perpustakaan kampus pukul 2 siang. Kebetulan aku juga sudah berada di perpustakaan sejak pukul 11 karena menyelesaikan tugas.

Kami saling mengenal karena mengikuti organisasi yang sama, sebuah organisasi seni di universitasku. Dia anggota seni musik sedangkan aku anggota seni lukis. Teman anggota seni lukis-ku yang sebelumnya sudah mengenal Bintang lebih dulu karena satu jurusan saling mengenalkan kami. 

Saat pertama kali melihat Bintang, aku merasa risih sekali. “Cowok ini ngga bisa diem apa, ya?” lantaran dia selalu ngobrol sana-sini, memukul-mukul drum seenak jidat, sampai tertawa kencang sekali sehabis melontarkan dad jokes. Tentu di mataku kesan pertama Bintang cukup buruk.

Tapi ternyata tidak seburuk itu. Ia kerap kali membantu anak-anak lukis untuk mengambil peralatan lukis di atas lemari tinggi sana lantaran tubuhnya yang cukup tinggi. Ia sering bagi-bagi makanan kepada kami anak-anak seni yang butuh cemilan. Bintang sangat humble, saking humble-nya pernah ngajak polisi lalu lintas diskusi selagi menungguku memilih baju.

    Bintang dan aku menjadi dekat karena kami sama-sama suka baca (sama-sama suka dad jokes juga, sih). Ia excited sekali ketika aku bilang pernah baca ‘Dunia Sophie’, salah satu novel favoritnya. Sejak saat itu dia tidak pernah berhenti mencerocotiku dengan novel-novel dan dad jokes payahnya itu.

Selama berteman dekat dengan Bintang, banyak perlakuannya yang membuatku salah tingkah. Sampai-sampai seringkali aku bertanya “Apa temen cowo beneran gini, ya, sikapnya?”. Contohnya saja seperti satu minggu yang lalu.

Pagi-pagi sekali Bintang sudah mengabariku kalau dia akan super sibuk seharian rabu itu, bilang harus mengerjakan laporan praktikum sehabis kelas siangnya dan kira-kira akan selesai menjelang maghrib, yang berarti aku tidak bisa mengganggu Bintang dengan minta temani kemanapun di hari itu. Aku tidak keberatan, maklum saja kalau kegiatannya banyak.

Pulang sehabis kuliah pukul 3 dan entah kenapa hari itu aku sangat lelah sampai-sampai ketiduran hingga pukul setengah delapan malam dan lupa untuk beli makanan, mana lagi hujan lebat. Aku mengecek hp-ku, berpikir untuk pesan go food saja, tapi kasihan juga driver-nya karena hujan. Tiba-tiba muncul pesan dari Bintang, bilang kalau dia sudah sampai di kos. Dia mengeluh kalau juga belum sempat beli makan karena lupa akibat ingin buru-buru rebahan, kemudian dia tanya “Kamu udah makan belum?” 

“Belum, sih, soalnya tadi siang aku juga lupa kalo harus beli makanan.” kataku. Dan kalian tahu apa selanjutnya yang terjadi? Dia bilang, “Oh, yaudah sekalian aja. Ayam yang biasanya, kan?”

HAH, SEKALIAN APANYA.

Buru-buru aku bertanya apa maksudnya, masa dia akan mengantarkan makanan ke kosan-ku yang cukup jauh dari kosan-nya ditambah hujan lebat dan pastinya dia super capek? Ternyata dia menjawab iya. 

“Kamu gila, ya, Bin? Hujan lebat, lho, ngga usah, aku bisa masak,”

“Emangnya kamu punya kompor?”

“Bisa pake rice cooker, kok.” Aku berusaha sampai dia meng-oke-kan kalimatku.

“Emangnya kamu punya bahan-bahan yang bisa dimasak?”

Ya, ngga punya, sih.

“Ngga punya, kan? Makanya jangan ngeyel, tunggu, ya, make hoodie dulu.”

BINTANG GILA.

Entah bagaimana menghentikannya, saat aku mencoba mengirim pesan lagi kepada Bintang, dia sudah tidak online. Aku coba telepon berkali-kali tapi tidak diangkat. Aduh, rasanya tidak enak sekali. Kenapa dia mau repot-repot begitu, sih?

    Jadilah ia saat itu membawa tiga bungkus ayam ke kosan-ku. Cengengesan dengan mantel ungu kesayangannya. Menyerahkan dua bungkus untukku, katanya untuk breakfast-ku esok pagi, kemudian langsung pulang tanpa menungguku untuk membayar ayam atau sekedar membuatkan teh hangat untuknya.

    Sebetulnya ada banyak lagi perlakuan Bintang yang sejenis itu, tapi akan sangat panjang untuk diceritakan. Satu lagi, deh. Setiap pergi denganku, Bintang selalu bawa obat maag, jaga-jaga kalau aku lupa membawanya dan tiba-tiba maag-ku kambuh. “Bintang ini memang super baik ke temannya kali, ya?” Seringkali aku menepis perasaan berbunga-bunga sehabis merasa diperlakukan ‘spesial’ oleh Bintang. Tapi baik-nya jangan sampai keterlaluan begitu, dong.

    “Ih, Kinan, kamu tau ngga, sih, kalau Bintang, tuh, suka kamu?” pernah sekali teman dekatku, Emy, berkata begitu.

    Ya Tuhan, Emy, jangan bikin tambah kepikiran begitu…

“Masa, sih? Tau darimana?”

“Jangan pura-pura ngga tau deh, keliatan jelas banget! Dia sering ajak kamu jalan, kan, sering nyariin kamu juga!”

“Ya, kan aku temennya, My,”

Emy keliatan gemas sekali, “Ngga mungkin dia cuma anggap kamu temen, pasti lebih, percaya, deh! Coba aja sesekali kamu iseng-iseng tanya.”

Entahlah, aku takut berspekulasi yang belum jelas kebenarannya. Tapi lama kelamaan hatiku jadi terasa hangat juga, sering senyum-senyum sendiri, dan tidak sabar untuk bertemu Bintang. Berisiknya Bintang malah jadi kutunggu-tunggu. Rasanya aneh sekali. Tapi pasti Bintang ngga merasakan yang aku rasakan, kan? Aku, kan, temannya.

“Kamu ngga perlu sungkan sama aku, Kinan. Kita berteman, kan?” Begitu katanya suatu hari.

Maka dari itu aku selalu berusaha mengusir kupu-kupu di perutku ketika bertemu Bintang. Ingat apa katanya, kami berteman.

Tapi agak menyakitkan juga, ya, menahan-nahan perasaan seperti itu, apalagi kalau nanti melihat Bintang pergi dengan pacarnya di masa depan. Ya, mau gimana lagi..

Sudah pukul 2. Aku mengemasi barang dan bersiap menunggu Bintang di luar. Selang sepuluh menit aku menunggu Bintang di depan perpustakaan, dia muncul dengan senyum sumringah, turun dari motornya, menghampiriku. 

“Halo, Kinan, ready for a toast?

Aku terkekeh, “Kenapa harus nyamperin, sih? Kan, aku bisa jalan sendiri ke motormu,”

“Kinan kan kecil, kalau jalan harus didampingi biar ngga jatuh. Kalo jatuh aku kan, ngga bawa Betadine.”

Aku berusaha menahan-nahan senyum. Kecil apanya, dia sendiri yang sebesar beruang.

Begitulah. Sepanjang jalan ke toko toast, Bintang sangat cerewet dengan dad jokes baru yang dia bikin sendiri. Tertawa-tawa. Sial sekali, kupu-kupu di perutku sangat bandel, memberontak ingin berterbangan.

Sebelum turun dari motornya saat telah sampai, aku menepuk pundaknya.

“Kamu suka aku ngga, Bin?” Entah kenapa aku berani sekali melontarkan pertanyaan itu.

Bintang tertegun, kemudian menoleh sambil tersenyum, “Tentu. Kamu, kan, temanku.”

Aku benar, kan, Emy? Aku tersenyum. Mengangguk.

Apa kata mereka istilahnya? Friendzone, ya? Kalau itu bikin aku tetap dekat dengan Bintang, tak masalah.

 

 

Pojok Info

Mengenal dan Melepas Status Friendzone

Oleh: Luthfiyyah Fathinah

Hubungan dengan lawan jenis sering mendapatkan stereotip dari masyarakat. Kebanyakan orang akan menganggap hubungan ini sebagai hubungan yang romantis karena kurangnya norma sosial yang mengatur tentang bagaimana hubungan pertemanan dengan lawan jenis. Padahal hubungan pertemanan merupakan bentuk interaksi sosial yang berkelanjutan menjadi hubungan interpersonal, saling berbagi dalam segala kondisi dan mendukung emosi. Adanya dukungan emosi merupakan keuntungan yang sering didapatkan oleh laki laki dari teman perempuannya sedangkan perempuan akan mendapatkan perspektif dari teman laki laki. Dukungan emosi ini kerap menjadi tantangan tersendiri dalam berhubungan dengan lawan jenis, selain itu kesetaraan, ketertarikan seksual, dan pihak luar turut menjadi tantangan.

Hubungan pertemanan ini memiliki variasi intensitas keromantisan. Hubungan pertemana lawan jenis yang sampai kepada intensitas keromantisan dimana salah satu pihak menginginkan adanya keromantisan yang ditolak oleh pihak lainnya dikenal dengan istilah friendzone. Seringkali diantara mereka yang terjebak dalam hubungan ini menginginkan untuk bisa terbebas dari belenggu rasa. Ada beberapa fase yang terjadi saat seseorang ingin memutuskan hubungan romantis ataupun pertemanan  (Duck dan Rollie) yaitu yang pertama salah satu pihak akan merasa tertekan oleh hubungan mereka atau yang dikenal dengan (breakdown phase), (2) mereka akan merenungkan hubungan tanpa memberitahukannya (intraphsy phase), (3) terjadinya komunikasi untuk membicarakan hubungan (dyadic phase), (4) adanya intervensi pihak ketiga karena pempublikasian dan permintaan saran (social phase), (5) pembersihan reputasi dengan mengumumkan keadaan mereka yang sebenarnya (grave dressing phase), (6) fokus kepada masa depan atau langkah selanjutnya (rerruction phase). Oleh karena itu, jangan langsung panik dan terburu buru untuk mengakhiri status friendzone jika sudah dirasa meresahkan, ada baiknya untuk memahami fase kita berada saat ini dan memikirkan dampak ke depannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

 

Dewi, S. T. Dan Minza, W. M. (2021). “STRATEGI MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN PERTEMANAN LAWAN JENIS PADA DEWASA MUDA”. JOURNAL UGM. Diakses melalui file:///C:/Users/Toshiba/Downloads/36946-94406-1-SM%20(1).pdf pada 26 Mei 2022 pada pukul 14.00 WIB)

 

Lidyawati, K. Dan Lestari, S. B. “DISOLUSI HUBUNGAN PERSABAHATAN LAWAN JENIS KETIKA FRIENDZONE”. JOURNAL UNDIP. Dikases melalui file:///C:/Users/Toshiba/Downloads/21993-44629-1-SM.pdf pada 26 Mei 2022 pukul 15:32 WIB)

 

Pojok Tips

Tips Mengatasi Friendzone

Oleh: Siti Nurul Izza

1. Kurangi atau hentikan keintiman

Pertemanan antara wanita dan lelaki yang sudah akrab akan memungkinkan berbagai macam perlakuan yang diberikan oleh satu sama lain seperti layaknya sepasang kekasih. Misalnya saja, antar jemput atau mendengarkan curahan hati satu sama lain, lalu memberikan solusi. Serta kedua sahabat akan saling tolong menolong hingga menyelamatkan satu sama lain dari bahaya. Tetapi, ada baiknya kamu mulai menghentikan keintiman tersebut. Bukan berarti kamu memutus tali persahabatan, ya, hanya saja kamu perlu menguranginya agar tidak terlalu terikat.

2. Bersikap tidak peduli

Memperhatikan teman yang sudah dekat bukanlah suatu permasalahan. Tetapi, jika kamu terlalu menanggapi perhatian tersebut, kamu perlu sedikit kurangi. Karena perhatian tersebut akan membuat kamu semakin berharap bahwa kamu akan diberikan lebih dari itu. Jadi, kamu perlu bersikap tidak peduli dan cuek di saat tertentu, agar kamu bisa tetap berteman biasa dengannya.

3. Fokus pada kegiatan yang lebih produktif

Kamu bisa alihkan pikiran kamu dengan melakukan berbagai kegiatan yang lebih produktif dan memberikan manfaat bagi dirimu sendiri.

4. Tanamkan pikiran bahwa kalian hanya berteman

Mengendalikan pikiran sendiri sangat penting. Kamu perlu isi keseharianmu dengan fokus ke berbagai hal yang memberikan nilai positif. Sebab, jika kamu terlalu membawa perasaan kamu ke dalam pertemananmu, maka tidak baik bagi kelangsungan hubungan pertemanan kalian. Tanamkan pikiran bahwa sahabatmu bukanlah seseorang yang harus kamu sukai, sehingga kamu akan terbiasa dengan pikiran tersebut.

5. Ungkapkan perasaanmu ke sahabatmu

Jika seluruh cara sudah kamu lakukan dan tidak berhasil, maka jalan terakhirnya yaitu kamu bisa ungkapkan perasaanmu ke sahabatmu. Namun, hal ini bukan berarti cintamu akan terbalas, melainkan cara ini bisa membuat kamu keluar dari zona pertemanan. Mungkin sahabat kamu bisa menerima dengan santai, tetapi kemungkinan terburuknya kamu bisa kehilangan dia sebagai sahabat. Jadi, kamu perlu pikirkan untuk melakukan cara yang satu ini, ya! Memiliki sahabat lawan jenis memang akan rentan mempunyai perasaan yang spesial, tetapi kamu bisa atasi dengan mudah jika kamu memang niat menjaganya sebagai sahabatmu saja. Jika kamu sedang berada dalam zona pertemanan yang cukup bikin kamu kesulitan, kamu bisa terapkan berbagai cara yang telah disebutkan, agar kamu bisa terlepas dari posisi friendzone.

Sumber : https://www.idntimes.com/life/relationship/fajrina-annisa-putri/cara-mengatasi-friendzone-c1c2/5

 

Pojok Humor

Andi dan Ana sedang makan bersama di kantin sekolah, tiba-tiba Andi mengajak Ana untuk bermain tebak-tebakan. “Ana, main tebak-tebakkan yuk,” ajak Andi.

Ana mendongak, “Boleh, tebak-tebakan apa?”

“Nih, ya. Kuda-kuda apa yang larinya terengah-engah?” tanya Andi.

Ana berpikir sejenak, “Kuda balap?”

Andi menggeleng. “Bukan”

Ana mencoba menjawab lagi namun semuanya salah, pada akhirnya Ana menyerah, “Gak tau lagi, deh. Jawabannya apa?”

Andi tersenyum. “Kudaki hatimu tapi tak sampai-sampai.”

Ana mengerutkan dahi, “Maksudnya? Eh inget ya Andi kita ini cuma temen, gak lebih.”

Andi meringis menggaruk leher setelah mendengar pernyataan Ana.

Dhea Amelia

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama