Tenaga kesehatan (nakes) adalah garda terdepan dalam menjaga kesehatan masyarakat. Mereka bekerja dengan penuh dedikasi, sering kali di bawah tekanan tinggi, jam kerja panjang, bahkan risiko keselamatan yang besar. Namun, pertanyaan penting yang masih perlu kita refleksikan adalah apakah tenaga kesehatan di Indonesia saat ini sudah mendapatkan penghargaan yang layak atas kerja keras mereka?
Penghargaan yang Belum Sepenuhnya Layak
Banyak yang berpendapat bahwa tenaga kesehatan di Indonesia belum sepenuhnya mendapat penghargaan yang sepadan. Memang benar, ada apresiasi simbolis seperti ucapan terima kasih, tunjangan, atau penghargaan pada momen tertentu. Namun, secara nyata, masih banyak perawat, bidan, dan tenaga kontrak, terutama di daerah yang menerima gaji jauh di bawah UMR. Kondisi ini mencerminkan bahwa dedikasi mereka belum diimbangi dengan kesejahteraan yang layak.
Saat pandemi, masyarakat melihat betapa pentingnya peran tenaga kesehatan. Mereka bekerja siang malam, mempertaruhkan keselamatan demi orang lain. Namun ironisnya, pasca pandemi, masih ada cerita tentang beban kerja berat, fasilitas terbatas, bahkan insiden diskriminasi terhadap tenaga medis. Hal ini menunjukkan bahwa penghargaan belum benar-benar diwujudkan dalam bentuk perlindungan, kesejahteraan, dan apresiasi nyata.
Tuntutan Upah Layak
Salah satu isu yang paling banyak disuarakan adalah tuntutan upah layak bagi tenaga kesehatan. Mayoritas berpendapat bahwa tuntutan ini sangat rasional. Upah layak bukan sekadar kompensasi finansial, tetapi bentuk penghargaan atas tanggung jawab besar mereka menjaga kesehatan masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh pakar kesehatan masyarakat Dr. Dicky Budiman, kesejahteraan tenaga kesehatan adalah salah satu pilar utama dalam sistem kesehatan. Jika hal ini diabaikan, maka kualitas layanan akan menurun, bahkan bisa memicu migrasi tenaga kesehatan ke kota besar atau luar negeri.
Sebagian besar orang setuju dengan tuntutan ini. Mereka menilai, tanpa upah yang sepadan, tenaga kesehatan bisa kehilangan motivasi, rentan mengalami burnout, dan pada akhirnya berdampak pada mutu layanan. Beberapa orang memang merasa ragu, tetapi mayoritas menegaskan bahwa upah layak adalah keharusan jika negara ingin menjaga stabilitas sistem kesehatan.
Perspektif Pribadi: Sedih dan Prihatin
Ketika membayangkan orang terdekat bekerja sebagai tenaga kesehatan namun menerima gaji yang tidak sesuai dengan tanggung jawabnya, perasaan sedih dan prihatin muncul. Beban kerja mereka besar, bahkan menyangkut nyawa manusia. Jika penghargaan hanya berupa ucapan terima kasih tanpa kompensasi yang layak, hal ini tidak adil. Banyak yang khawatir kondisi tersebut akan mengganggu kesehatan fisik, mental, hingga motivasi kerja tenaga kesehatan yang kita sayangi.
Prioritas: Kesejahteraan Nakes atau Akses Layanan Gratis?
Pertanyaan lain yang sering muncul adalah, mana yang lebih penting meningkatkan kesejahteraan tenaga kesehatan atau memperluas akses layanan kesehatan gratis bagi masyarakat?
Sebagian berpendapat bahwa akses kesehatan gratis lebih penting, karena masih banyak masyarakat yang kesulitan berobat akibat kendala biaya. Namun, lebih banyak suara yang menekankan bahwa kesejahteraan tenaga kesehatan adalah prioritas utama. Alasannya sederhana, layanan gratis tidak akan berjalan efektif jika tenaga kesehatan sendiri tidak sejahtera. Nakes yang lelah, kurang motivasi, atau tidak mendapat imbalan yang layak akan kesulitan memberikan pelayanan terbaik.
Dengan kata lain, meningkatkan kesejahteraan tenaga kesehatan adalah fondasi agar sistem kesehatan, termasuk akses gratis, bisa berjalan optimal dan berkelanjutan.
Melihat berbagai pandangan tersebut, jelas bahwa tenaga kesehatan di Indonesia belum sepenuhnya mendapat penghargaan yang layak. Mereka adalah ujung tombak kesehatan masyarakat, namun masih banyak yang bekerja dengan gaji rendah, fasilitas terbatas, dan risiko tinggi. Oleh karena itu, memperjuangkan kesejahteraan tenaga kesehatan bukan hanya soal kepentingan mereka, tetapi juga investasi bagi kualitas pelayanan kesehatan seluruh masyarakat.
a. Angkatan
b. Asal
Posting Komentar