Sekolah adalah lokasi paling strategis untuk pelaksanaan skrining kesehatan. Dengan akses langsung ke siswa dalam jumlah besar dan waktu yang rutin, deteksi dini menjadi lebih merata dibandingkan jika dilakukan di Puskesmas yang terbatas wilayah dan bersifat pasif. Skrining massal di sekolah juga lebih efisien, baik dari segi waktu maupun sumber daya, serta memudahkan pencatatan kesehatan siswa secara kolektif dan berkelanjutan.
Namun, efektivitas pelaksanaan sangat bergantung pada dukungan tenaga kesehatan dan sistem tindak lanjut yang jelas. Oleh karena itu, kolaborasi dengan Puskesmas tetap dibutuhkan untuk menangani kasus yang lebih kompleks, menjadikan sekolah sebagai titik awal dan fasilitas kesehatan sebagai rujukan.
Untuk memperkuat peran ini, revitalisasi UKS mutlak diperlukan. Sayangnya, selama ini UKS sering hanya menjadi simbol tanpa fungsi nyata. Agar benar-benar menjadi pusat layanan preventif, UKS harus dibenahi secara menyeluruh mulai dari fasilitas, SDM, hingga integrasi program dengan layanan kesehatan daerah. Diperlukan juga dukungan anggaran, pelatihan guru, serta kolaborasi lintas sektor agar program tidak berhenti sebagai formalitas.
Pemeriksaan fisik dan mental pun idealnya menjadi agenda rutin sekolah, bukan sekadar bagian dari program nasional sesekali. Deteksi berkala memungkinkan intervensi lebih cepat dan efektif, terutama untuk masalah mental yang sering tidak terlihat secara langsung. Pemeriksaan rutin juga menciptakan budaya hidup sehat yang berkelanjutan di lingkungan pendidikan.
Untuk mewujudkannya, sinergi lintas kementerian sangat penting. Kemenkes, Kemendikbud, Kemenag, dan lembaga lain harus bekerja sama dalam satu sistem yang jelas, terukur, dan diawasi dengan baik. Tantangan birokrasi memang besar, tapi pengalaman program vaksinasi membuktikan bahwa koordinasi semacam ini bisa berjalan dengan komitmen kuat dan pengawasan ketat.
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) 2025 merupakan langkah konkret menuju arah ini. Dengan cakupan luas dan fokus pada kesehatan mental, program ini punya potensi besar. Namun, efektivitasnya bergantung pada kualitas skrining, kesiapan SDM, serta sistem rujukan dan pendampingan yang memadai. Tanpa pelaksanaan yang menyeluruh, program ini berisiko menjadi simbol tanpa dampak nyata.
Sudah saatnya sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam menjaga kesehatan anak bangsa.
Referensi:
https://www.melintas.id/pendidikan/346242005/jutaan-siswa-diskrining-program-cek-kesehatan-gratis-2025-siap-libatkan-282-ribu-sekolah
Inti UKPM Pena KM FKM UNAND
Posting Komentar