RAPI 4 : Ramai Dijadikan Syarat Penerima Bansos Oleh Dedy Mulyadi, Apa itu Vasektomi dan Prosedurnya yang Perlu Diketahui Publik?

 

Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata “vasektomi”? Bagi banyak orang, istilah ini terdengar asing, bahkan menakutkan. 


Di masyarakat, vasektomi kerap dikaitkan dengan hilangnya kejantanan pria, atau dianggap sebagai bentuk “penyerahan diri” terhadap dominasi perempuan dalam rumah tangga. Padahal, persepsi semacam ini lahir dari minimnya edukasi dan kuatnya mitos yang tak berdasar secara medis.


Vasektomi sejatinya adalah salah satu bentuk kontrasepsi permanen untuk pria, yang dilakukan dengan memutus saluran sperma agar tidak lagi bercampur dengan cairan semen saat ejakulasi.


Prosedur ini aman, tidak memengaruhi fungsi seksual, dan justru merupakan wujud tanggung jawab pria terhadap perencanaan keluarga. Namun, di Indonesia, pembicaraan mengenai vasektomi masih dianggap tabu dan minim dukungan sosial.


Tantangan utama dalam mengedukasi masyarakat tentang vasektomi bukan hanya soal keterbatasan informasi, tetapi juga kuatnya budaya patriarki. Dalam sistem yang masih menempatkan perempuan sebagai penanggung jawab utama keluarga berencana, laki-laki cenderung enggan ambil bagian apalagi melalui metode permanen seperti vasektomi.


Banyak laki-laki yang khawatir kehilangan “kejantanannya” atau merasa harga dirinya akan berkurang jika menjalani prosedur ini. Ironisnya, perempuan selama ini telah memikul beban berlapis dalam urusan KB dari mulai mengonsumsi pil hormonal, suntik, hingga pemasangan IUD yang tidak jarang menimbulkan efek samping. Sudah saatnya beban ini dibagi secara adil dan setara.


Untuk mendorong keterlibatan pria dalam KB, masyarakat perlu diberikan pemahaman yang benar dan berbasis bukti. Edukasi reproduksi perlu dimulai sejak dini, dengan pendekatan yang inklusif dan tidak bias gender. Kampanye kesehatan masyarakat juga harus digencarkan, bukan hanya melalui tenaga medis, tetapi juga melalui media sosial, influencer, dan tokoh masyarakat yang dipercaya publik.


Contohnya, menghadirkan testimoni pria yang telah menjalani vasektomi dan tetap sehat serta aktif secara seksual dapat menjadi cara ampuh untuk menumbuhkan kepercayaan publik. Ketika masyarakat mendengar kisah nyata dan melihat contoh konkret, rasa takut dan prasangka dapat perlahan-lahan dihapus.


Sebagai bagian dari generasi muda yang lebih terbuka dan melek isu kesehatan, kita harus menjadi agen perubahan. Kita dapat memulai dari lingkungan sekitar membuka ruang diskusi, menyuarakan kesetaraan dalam keluarga berencana, dan menyebarkan informasi berbasis fakta di media sosial.


Keadilan gender dalam urusan KB tidak akan tercapai jika hanya satu pihak yang selalu memikul tanggung jawab. KB adalah tanggung jawab bersama, antara suami dan istri, antara laki-laki dan perempuan. Sudah saatnya laki-laki berhenti menjadi penonton, dan mulai ambil bagian secara aktif, termasuk mempertimbangkan vasektomi sebagai pilihan yang masuk akal dan bertanggung jawab. 


Vasektomi bukanlah bentuk kelemahan, melainkan cerminan keberanian dan komitmen pria dalam merencanakan masa depan keluarganya. Jika perempuan selama ini bisa menanggung beban KB dengan segala risikonya, mengapa laki-laki tidak? Mari ubah cara pandang kita. Mari jadikan vasektomi bukan lagi tabu, tetapi bagian dari diskusi publik yang sehat dan berkeadaban.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama