RASA 06

Tema “Harapan dan Hidup”

PUISI

Arah Hidup

Oleh : Nabila Tiara Rahma Dewi

Terlahir di dunia bukanlah pilihan kita

Hadir bagaikan kertas putih tanpa tinta

Menggoreskan pena bagaimana alur hidupnya

Yang tahu hanyalah Yang Maha Esa

 

Kini saatnya berpotret diri

Kemana ingin pergi

Hidup seperti apa yang berarti

Harapan apa yang ingin diraih

 

Terpeleset jatuh

Tergores luka

Bangun untuk melangkah

Tak pernah sudi menyerah


QUOTES

“Tidak semua yang terjadi akan sesuai dengan harapan, kau akan menemukan satu titik dimana kau harus jatuh dan bangkit. Jangan salahkan keadaan. Itu jalanmu untuk tumbuh jadi lebih baik.”

-Afifah Khairunnisa-

 

SENANDIKA

Hidup dan Harapan

Karya : Adilla Fortuna Nirya

       Ulang tahun selalu sama dan usia hanyalah angka. Aku merasa sepertinya aku mejadi semakin dewasa. Banyak juga dari mereka yang pergi. Meskipun banyak hal yang sudah berlalu, aku masih berharap dapat mengulang semua memori itu. Ya, begitulah semua kehidupan. Kamu mungkin akan menghilang dan dunia tak mengetahuinya. Tapi semua kenangan yang dilalui tidak mungkin hilang begitu saja, bukan? Aku harap setidaknya kamu mengingat diriku. Bahkan di luar sana mereka selalu berharap. Kehidupan itu indah dan pahit. Dapatkah kuwujudkan segala harapan yang digantungkan? Aku ingin pergi ke tempat yang asing dan menciptakan dunia yang damai. Tapi mengapa ada hal yang tak bisa di ubah? Cepat atau lambat kau harus menyadari bahwa hidup tak selalu berjalan sesuai yang engkau harapkan.

 

CERPEN

Mimpi yang Berawal dari Harapan

Oleh : Shifania Salsa Riza

Tengah malam ini aku kembali tersentak dari tidur lelapku. Iya, ini bukan untuk yang pertama kalinya aku terbangun di tengah malam akibat sebuah kenangan yang selalu berulang-ulang di dalam mimpiku. Kenangan pahit saat detik-detik ibuku menemui-Nya setelah berpesan sebuah harapan kepadaku. Pesan yang selalu terngiang dan menghiasi mimpiku di setiap malamnya. Ibuku penderita kanker payudara stadium akhir dan menghembuskan napas terakhirnya dua bulan yang lalu. Sungguh aku selalu merindukan ibu, merindukan kehadirannya yang kini hanya tinggal kenangan semata. Air mata di sudut mataku menetes tanpa sadar, aku kembali memikirkan pesan dan harapan ibu sebelum menghembuskan napas terakhirnya, "Rini, kamu sudah tumbuh cukup dewasa, Nak. Ibu yakin kamu pasti bisa menjalani hidup di dunia yang sulit ini, Jangan menangis terlalu banyak, Anakku"

"Ibu,  jangan begini, Aku percaya Ibu pasti bisa sembuh dan kembali makan bersama dengan Rini dan Ayah," Air mataku bercucuran sangat deras,

"Rini, kini kamu sudah 17 tahun, Ibu selalu berharap kamu menjadi seorang dokter yang hebat dan bisa menyembuhkan orang diluar sana yang seperti Ibu," ucap ibu terengah-engah. 

"T-Tapi Rini tidak ingin menyusahkan Ibu dan Ayah karena biaya untuk kuliah kedokteran itu sangat mahal, bu. Rini juga cukup sadar bahwa keadaan keuangan kita sangat terbatas dan Rini tidak ingin Ibu membuang uang ibu untuk kuliah Rini," ucapku.

"Rini, ibu tau kamu dari dulu bermimpi ingin menjadi dokter, tidak apa-apa Nak, Ibu yakin kamu suatu hari nanti akan menjadi Dokter yang sangat hebat," ucap ibu sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

Aku menghela napas begitu sampai di sekolah, aku kembali memikirkan harapan ibu untuk aku melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswi kedokteran. Namun, aku kembali tersadar dengan kerasnya realita hidup. Ayah hanya pekerja buruh dan tidak berpenghasilan tetap sehingga perekonomian dalam keluarga pun serba kekurangan. Aku juga merupakan mahasiswa biasa yang tidak terlalu berprestasi. Bagaimana bisa aku kuliah kedokteran dan menjadi seorang dokter? Namun aku tidak akan menyerah,  semenjak ibu dinyatakan kanker payudara, Ibu dirawat di rumah sakit, Aku kagum kepada dokter yang merawat ibu dan disanalah minatku untuk menjadi seorang dokter tumbuh. Ya, untuk menyembuhkan orang-orang di luar sana yang kondisinya seperti Ibu.

Aku, Rini Adinda. Seorang siswi biasa tengah berusaha keras untuk belajar dan mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi yang tinggal beberapa bulan lagi. Tiba-tiba temanku, Pandu segera menghampiri bangku tempatku duduk,

"Wah tumben banget Rini rajin begini, kesambet? biasanya juga tiduran mulu di Kelas," ujar Pandu meledek.

Aku yang mendengarnya hanya cengengesan, memang aku sering bermalas-malasan saat belajar, namun kini tidak lagi. Aku akan berusaha keras untuk lulus ujian masuk perguruan tinggi.

“Sudah Pandu, kamu juga ikut belajar sana, jangan mengganggu Rini yang sedang fokus belajar," Ujar Ayu seorang ketua kelas yang selalu peringkat satu di sekolah.

Sejenak aku merenung dan tiba-tiba berkata kepada Ayu,

"Ayu, maukah kamu membantuku belajar setiap hari? Aku ingin lulus perguruan tinggi dan masuk kedokteran,"

Ayu yang mendengarnya tersenyum dan berkata "Wah,  Rini ternyata kamu sudah menemukan cita-citamu, Aku dengan sangat senang hati membantumu belajar,"

"Terima kasih banyak, Ayu," ujarku.

Bulan per bulan mulai terlewati,  Ujian masuk perguruan tinggi tinggal menghitung hari, Aku sudah cukup banyak belajar dan Ayu sangat membantuku dalam berdiskusi,

“Ayu, untuk materi ini kita menggunakan rumus logaritma, kan?" ujarku meminta koreksi dari Ayu,

"Benar Rin, Wah kamu sudah banyak perkembangan ya Rin, banyak soal yang benar," Kagum Ayu.

"Ini semua berkat bantuan kamu, yu," ucapku.

“Rini, kamu kenapa berusaha keras banget si, padahal ujian masuk perguruan tinggi itu mudah kok,  kalau gatau yah tinggal blok aja," Ujar Pandu yang selalu meledek usahaku untuk belajar.

"Terserah kamulah, Ndu. Aku berusaha keras begini untuk mengejar kedokteran," ujarku kesal.

Hari ini, ujian masuk perguruan tinggi dimulai. Aku mendapatkan sesi 1 yaitu pada pagi hari, sedangkan Ayu mendapat sesi setelahku di hari yang sama. Namun Ayu ikut mengantarku ke lokasi tempat ujian berlangsung,

“Yu, aku sangat cemas dengan ujian, aku takut akan gagal lolos di ujian perguruan tinggi," cemasku. 

"Rin, aku sangat tau betul bagaimana usaha keras kamu selama ini, kamu juga tau usahamu untuk sampai dititik ini. Kamu pasti bisa, lakukan yang terbaik yaa!", Ayu menyemangatiku. 

"Iya kamu benar Ayu, hanya aku yang tau bagaimana usahaku setiap harinya, Aku pasti bisa," Aku segera masuk ruang ujian dan berdoa sebelum pelaksanaan ujian dimulai.

Hari demi hari berlalu, tibalah hari di  saat pengumuman ujian masuk perguruan tinggi sebentar lagi dirilis di situs web resmi.

“Aku sangat takut, Yu. Aku tidak bisa melihat pengumumannya," ujarku. 

"Rin, tidak apa-apa, nanti aku akan melihatnya untukmu,"Ucap Ayu. Tepat pukul 3 sore saatnya aku membuka hasilnya,

"Wah, aku lolos Rin," Ujar Ayu sangat senang membuka hasil pengumumannya. 

"Ayu, selamat yaa, Aku yakin kamu pasti lolos," Aku mengucapkan selamat kepada Ayu, 

"Rin kamu tidak ingin melihat hasil kelulusanmu?" Aku menggeleng,

"Nanti saja, aku tidak berani, Yu," ucapku.

"Sini aku buka punyamu," aku hanya mengangguk pasrah.

Kulihat ekspresi Ayu berubah saat membuka hasil pengumumanku,  Aku sangat panik dan mulai menangis saat itu juga,

"Loh, kenapa menangis? Kamu lulus kok" kata Ayu heran.

Lantas Aku segera melihat hasil pengumumanku dan benar saja aku dinyatakan lolos masuk kedokteran. Aku menangis kencang dan segera menatap Ayu,

"Lalu mengapa saat membuka pengumumanku ekspresimu berubah, Yu?," ucapku.  "Aku heran dengan notif di email mu masuk dan menyatakan bahwa kamu lolos seleksi beasiswa, padahal kan kamu tidak ikut seleksi beasiswa," ucap Ayu kebingungan.

"Hahh, aku juga lolos beasiswa, Yu?" ucapku dengan mata memerah,

"Iya ini, liat notifnya di emailmu," Aku pun melihatnya dan aku menangis sangat kencang, benar saja aku melihat notifikasi yang menyatakan bahwa aku lolos beasiswa untuk melanjutkan ke kampus dengan jurusan yang aku inginkan.

“Huhuu maaf yu aku baru memberitahumu bahwa aku segera mendaftar seleksi beasiswa setelah mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, terima kasih banyak yu sudah mau mengajariku selama ini," ucapku sesenggukan. 

"Kamu sangat hebat Rin, Aku bangga kepadamu, benar kan usaha kerasmu selama ini tidak akan mengkhianati hasilnya," ucap Ayu bangga. 

Aku dan Ayu tersenyum satu sama lain. Memang benar segala mimpimu pasti bisa terwujud asalkan ada harapan dan kerja keras yang kuat mengirinya. 'Ibu melihatnya bukan?  ini langkah awal dari harapan Ibu. Beberapa tahun kedepan, aku pasti akan menjadi dokter yang ibu banggakan' batinku.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama