Tema “Harapan dan Hidup”
PUISI
Arah Hidup
Oleh : Nabila Tiara
Rahma Dewi
Terlahir di dunia bukanlah pilihan kita
Hadir bagaikan kertas putih tanpa tinta
Menggoreskan pena bagaimana alur hidupnya
Yang tahu hanyalah Yang Maha Esa
Kini saatnya berpotret diri
Kemana ingin pergi
Hidup seperti apa yang berarti
Harapan apa yang ingin diraih
Terpeleset jatuh
Tergores luka
Bangun untuk melangkah
Tak pernah sudi menyerah
QUOTES
“Tidak
semua yang terjadi akan sesuai dengan harapan, kau akan menemukan satu titik
dimana kau harus jatuh dan bangkit. Jangan salahkan keadaan. Itu jalanmu untuk
tumbuh jadi lebih baik.”
-Afifah Khairunnisa-
SENANDIKA
Hidup
dan Harapan
Karya
: Adilla Fortuna Nirya
Ulang tahun selalu sama dan usia
hanyalah angka. Aku merasa sepertinya aku mejadi semakin dewasa. Banyak juga
dari mereka yang pergi. Meskipun banyak hal yang sudah berlalu, aku masih
berharap dapat mengulang semua memori itu. Ya, begitulah semua kehidupan. Kamu
mungkin akan menghilang dan dunia tak mengetahuinya. Tapi semua kenangan yang
dilalui tidak mungkin hilang begitu saja, bukan? Aku harap setidaknya kamu
mengingat diriku. Bahkan di luar sana mereka selalu berharap. Kehidupan itu
indah dan pahit. Dapatkah kuwujudkan segala harapan yang digantungkan? Aku
ingin pergi ke tempat yang asing dan menciptakan dunia yang damai. Tapi mengapa
ada hal yang tak bisa di ubah? Cepat atau lambat kau harus menyadari bahwa
hidup tak selalu berjalan sesuai yang engkau harapkan.
CERPEN
Mimpi yang Berawal dari Harapan
Oleh : Shifania Salsa Riza
Tengah
malam ini aku kembali tersentak dari tidur lelapku. Iya, ini bukan untuk yang
pertama kalinya aku terbangun di tengah malam akibat sebuah kenangan yang
selalu berulang-ulang di dalam mimpiku. Kenangan pahit saat detik-detik ibuku
menemui-Nya setelah berpesan sebuah harapan kepadaku. Pesan yang selalu
terngiang dan menghiasi mimpiku di setiap malamnya. Ibuku penderita kanker
payudara stadium akhir dan menghembuskan napas terakhirnya dua bulan yang lalu.
Sungguh aku selalu merindukan ibu, merindukan kehadirannya yang kini hanya
tinggal kenangan semata. Air mata di sudut mataku menetes tanpa sadar, aku
kembali memikirkan pesan dan harapan ibu sebelum menghembuskan napas
terakhirnya, "Rini, kamu sudah tumbuh cukup dewasa, Nak. Ibu yakin kamu
pasti bisa menjalani hidup di dunia yang sulit ini, Jangan menangis terlalu
banyak, Anakku"
"Ibu, jangan begini, Aku percaya Ibu pasti bisa
sembuh dan kembali makan bersama dengan Rini dan Ayah," Air mataku
bercucuran sangat deras,
"Rini,
kini kamu sudah 17 tahun, Ibu selalu berharap kamu menjadi seorang dokter yang
hebat dan bisa menyembuhkan orang diluar sana yang seperti Ibu," ucap ibu
terengah-engah.
"T-Tapi
Rini tidak ingin menyusahkan Ibu dan Ayah karena biaya untuk kuliah kedokteran
itu sangat mahal, bu. Rini juga cukup sadar bahwa keadaan keuangan kita sangat
terbatas dan Rini tidak ingin Ibu membuang uang ibu untuk kuliah Rini,"
ucapku.
"Rini,
ibu tau kamu dari dulu bermimpi ingin menjadi dokter, tidak apa-apa Nak, Ibu
yakin kamu suatu hari nanti akan menjadi Dokter yang sangat hebat," ucap
ibu sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
Aku
menghela napas begitu sampai di sekolah, aku kembali memikirkan harapan ibu
untuk aku melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswi kedokteran. Namun, aku
kembali tersadar dengan kerasnya realita hidup. Ayah hanya pekerja buruh dan
tidak berpenghasilan tetap sehingga perekonomian dalam keluarga pun serba
kekurangan. Aku juga merupakan mahasiswa biasa yang tidak terlalu berprestasi.
Bagaimana bisa aku kuliah kedokteran dan menjadi seorang dokter? Namun aku
tidak akan menyerah, semenjak ibu
dinyatakan kanker payudara, Ibu dirawat di rumah sakit, Aku kagum kepada dokter
yang merawat ibu dan disanalah minatku untuk menjadi seorang dokter tumbuh. Ya,
untuk menyembuhkan orang-orang di luar sana yang kondisinya seperti Ibu.
Aku,
Rini Adinda. Seorang siswi biasa tengah berusaha keras untuk belajar dan
mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi yang tinggal beberapa bulan lagi.
Tiba-tiba temanku, Pandu segera menghampiri bangku tempatku duduk,
"Wah
tumben banget Rini rajin begini, kesambet? biasanya juga tiduran mulu di
Kelas," ujar Pandu meledek.
Aku
yang mendengarnya hanya cengengesan, memang aku sering bermalas-malasan saat
belajar, namun kini tidak lagi. Aku akan berusaha keras untuk lulus ujian masuk
perguruan tinggi.
“Sudah
Pandu, kamu juga ikut belajar sana, jangan mengganggu Rini yang sedang fokus
belajar," Ujar Ayu seorang ketua kelas yang selalu peringkat satu di
sekolah.
Sejenak
aku merenung dan tiba-tiba berkata kepada Ayu,
"Ayu,
maukah kamu membantuku belajar setiap hari? Aku ingin lulus perguruan tinggi
dan masuk kedokteran,"
Ayu
yang mendengarnya tersenyum dan berkata "Wah, Rini ternyata kamu sudah menemukan
cita-citamu, Aku dengan sangat senang hati membantumu belajar,"
"Terima
kasih banyak, Ayu," ujarku.
Bulan
per bulan mulai terlewati, Ujian masuk
perguruan tinggi tinggal menghitung hari, Aku sudah cukup banyak belajar dan
Ayu sangat membantuku dalam berdiskusi,
“Ayu,
untuk materi ini kita menggunakan rumus logaritma, kan?" ujarku meminta
koreksi dari Ayu,
"Benar
Rin, Wah kamu sudah banyak perkembangan ya Rin, banyak soal yang benar,"
Kagum Ayu.
"Ini
semua berkat bantuan kamu, yu," ucapku.
“Rini,
kamu kenapa berusaha keras banget si, padahal ujian masuk perguruan tinggi itu
mudah kok, kalau gatau yah tinggal blok
aja," Ujar Pandu yang selalu meledek usahaku untuk belajar.
"Terserah
kamulah, Ndu. Aku berusaha keras begini untuk mengejar kedokteran," ujarku
kesal.
Hari
ini, ujian masuk perguruan tinggi dimulai. Aku mendapatkan sesi 1 yaitu pada
pagi hari, sedangkan Ayu mendapat sesi setelahku di hari yang sama. Namun Ayu
ikut mengantarku ke lokasi tempat ujian berlangsung,
“Yu,
aku sangat cemas dengan ujian, aku takut akan gagal lolos di ujian perguruan
tinggi," cemasku.
"Rin,
aku sangat tau betul bagaimana usaha keras kamu selama ini, kamu juga tau
usahamu untuk sampai dititik ini. Kamu pasti bisa, lakukan yang terbaik
yaa!", Ayu menyemangatiku.
"Iya
kamu benar Ayu, hanya aku yang tau bagaimana usahaku setiap harinya, Aku pasti
bisa," Aku segera masuk ruang ujian dan berdoa sebelum pelaksanaan ujian
dimulai.
Hari
demi hari berlalu, tibalah hari di saat
pengumuman ujian masuk perguruan tinggi sebentar lagi dirilis di situs web
resmi.
“Aku
sangat takut, Yu. Aku tidak bisa melihat pengumumannya," ujarku.
"Rin,
tidak apa-apa, nanti aku akan melihatnya untukmu,"Ucap Ayu. Tepat pukul 3
sore saatnya aku membuka hasilnya,
"Wah,
aku lolos Rin," Ujar Ayu sangat senang membuka hasil pengumumannya.
"Ayu,
selamat yaa, Aku yakin kamu pasti lolos," Aku mengucapkan selamat kepada
Ayu,
"Rin
kamu tidak ingin melihat hasil kelulusanmu?" Aku menggeleng,
"Nanti
saja, aku tidak berani, Yu," ucapku.
"Sini
aku buka punyamu," aku hanya mengangguk pasrah.
Kulihat
ekspresi Ayu berubah saat membuka hasil pengumumanku, Aku sangat panik dan mulai menangis saat itu
juga,
"Loh,
kenapa menangis? Kamu lulus kok" kata Ayu heran.
Lantas
Aku segera melihat hasil pengumumanku dan benar saja aku dinyatakan lolos masuk
kedokteran. Aku menangis kencang dan segera menatap Ayu,
"Lalu
mengapa saat membuka pengumumanku ekspresimu berubah, Yu?," ucapku. "Aku heran dengan notif di email mu masuk
dan menyatakan bahwa kamu lolos seleksi beasiswa, padahal kan kamu tidak ikut
seleksi beasiswa," ucap Ayu kebingungan.
"Hahh,
aku juga lolos beasiswa, Yu?" ucapku dengan mata memerah,
"Iya
ini, liat notifnya di emailmu," Aku pun melihatnya dan aku menangis sangat
kencang, benar saja aku melihat notifikasi yang menyatakan bahwa aku lolos
beasiswa untuk melanjutkan ke kampus dengan jurusan yang aku inginkan.
“Huhuu
maaf yu aku baru memberitahumu bahwa aku segera mendaftar seleksi beasiswa
setelah mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, terima kasih banyak yu sudah
mau mengajariku selama ini," ucapku sesenggukan.
"Kamu
sangat hebat Rin, Aku bangga kepadamu, benar kan usaha kerasmu selama ini tidak
akan mengkhianati hasilnya," ucap Ayu bangga.
Aku
dan Ayu tersenyum satu sama lain. Memang benar segala mimpimu pasti bisa
terwujud asalkan ada harapan dan kerja keras yang kuat mengirinya. 'Ibu
melihatnya bukan? ini langkah awal dari
harapan Ibu. Beberapa tahun kedepan, aku pasti akan menjadi dokter yang ibu
banggakan' batinku.
Posting Komentar