Korupsi
Merajalela, Kemanakah KPK?
Oleh : Shinta Bella
Indonesia dalam pusaran wabah pandemi yang
semakin menjadi dari hari ke hari
Berharap ditemukan solusi yang dapat
mengantisipasi semua dampak yang terjadi
Dengan harapan adanya kebijaksanaan dari
para pemimpin negeri.
Tapi lihatlah apa yang mereka lakukan saat
ini
Bukankah ke sana kemari mencari wadah
sebagai mangsa untuk melakukan korupsi?
Terdengar begitu ironi sekali,
Di saat rakyat dilanda berita duka yang
bertubi-tubi
Bukannya mencarikan solusi,
malah mengambil kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan berkali-kali
Bukan hanya sebatas opini, namun
benar-benar fakta yang terjadi
Bukan bermaksud mencari-cari kesalahan,
akan tetapi adalah kenyataan yang terbukti secara
terang-terangan.
Sepertinya korupsi sudah menjadi tradisi
disetiap pergantian kursi dalam negeri ini.
Bukan tanpa alasan, karena para pejabat
negara yang haus akan materi
Hingga lupa akan baktinya pada negeri
Dengan banyaknya kasus yang telah terjadi,
bagaimana usaha yang telah dilakukan KPK
untuk mengatasi persoalan korupsi?
Saat tindakan korupsi
terjadi deras-derasnya, lantas kemanakah KPK?
Pemakan Uang Rakyat
Oleh
:Lis Natahdiya Laulaa
Hidup bergelimang harta, membuat ia lupa
akan rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap sesama. Bahkan ia menggunakan
harta yang bukan miliknya untuk berfoya-foya, menghabiskan waktu dengan
berjemur di pantai Hawai hingga rebahan di hotel mewah. Ia merasa tak bersalah
jika tertangkap, karena lembaran merah bahkan dolar mampu membungkan hukum
negara. Hukuman yang didapat tak membuat jera. Jerusi besi yang di tinggali
dilengkapi dengan fasilitas bintang lima.
Wahai engkau, Sang Pemakan Uang Rakyat,
ada apa dengan hatimu?
Sudah matikah? Atau memang tidak ada rasa
kepedulian lagi?!
Jalan-jalan ke Surabaya
Jangan lupa membeli
cenderamata
Wahai generasi muda
bangsa
Jauhi korupsi karena
itu berbahaya
Beli bakso di taman ria
Saus dan kecap taruh
sendiri
Bergunalah bagi bangsa
dan negara
Jangan jadi maling di
negeri sendiri
-Salshabila
Nadya-
Luluh lantah negeri ini, yang sakit belum
terobati, lucunya luka baru kembali dibuat lagi. Bukannya mengobati, bukannya
memperbaiki, tetapi memunculkan masalah yang bertubi-tubi. Apa lagi yang ingin
dikorupsi? Apalagi yang ingin Tuan dan Puan habisi?
Tulisan dan propaganda terlalu banyak
membacoti. Aksi dan pergerakan yang diluncurkan seolah-olah tidak membawa
perubahan sama sekali. Sekarang coba ditanya kembali, bukankah hak bersuara dan
berunjuk rasa adalah bagian dari demokrasi yang dilindungi oleh konstitusi?
-Nola Vita Sari-
Posting Komentar