17 FEBRUARI 2021
Notifikasi
Akhirat
Karya :
Yulistia Buarni
Hidup di dunia bersifat fana
Bak aktor yang sedang memainkan peran
Skenario ada di tangan Tuhan
Engkau dicoba dengan kemegahan dunia
Harta tahta jabatan yang kau kejar
Akan dipertanggungjawabkan di mata Tuhan
Rambut memutih menandakan batas usia
Bertaubatlah sebelum terlambat
Surga neraka menantimu wahai manusia
________
“Akhir yang Menjelaskan
Semuanya”
Karya: Omega 3 dan Dopamin
Berulang
kali mengaktif-nonaktifkan layar bisu ini
Memeriksa
pesan yang tak pernah masuk
Padahal
notifikasi tidak berbunyi sama sekali
Rasanya
di luar kendali untuk terus membuka beranda tanpa ada tanda-tanda
Baru
detik kesekian pesan ini terkirim
Rasanya
sudah beberapa menit namun tak kunjung berbalas
Senyum-senyum
sendiri, benar-benar tak terkendali
Rasa
ini terasa langka, belum pernah ada sebelumnya.
Dalam
diam bertanya, apa di sana rasakan hal yang sama?
Apakah
hanya jatuh dan menunggu sendiri?
Tanpa
ada jawaban yang pasti
Kemudian
notif itu berbunyi dan pesan itu masuk lagi
Geregetan
sekali ingin segera membuka
Dan
ketika dibaca
"Hahaha"
________
Hidup
kita terlalu singkat untuk menunggu notifikasi dari orang yang tidak pasti,
nyerah ajalah cari orang lain. Emang gak capek kecewa terus-terusan?
-Dopamin-
________
Tak Dihimbau
Karya: FRM ASHAN
Tau
tidak?
Setiap
manusia pasti melewati fase
Menanti
untuk sebuah himbauan
Mengerahkan
seluruh tenaga
Bahkan,
tubuh pun ikut merestui
Sepasang
telinga siaga atas sedenting laras
Sepasang
mata sedia atas kalimat tak bernada
Lantas
apa yang kau dapat?
Penghargaan
sebatas angan?
Atau
hanya daya yang terlantar?
Dulu,
'kita' menempati pesan disegala pesan
Saat
paku menusuk untuk menyemat
Bukan
untuk menikam, tetapi sebagai penunjuk
Bahwa
'kita' telah naik tahta
Sebagai
prioritas
Tapi
ingat, itu dulu
Kini,
tak lagi rangkaian huruf yang kau tatap
Kosong,iya
layar kosong, gelap dan sepi
Seperti
hatimu yang tak dihimbau
________
"Notifikasi
Terakhir"
Karya: Nola Vita Sari
Sedang
apa sekarang?
Pergi
tanpa bilang-bilang
Di
antara kesibukan yang selalu menjelang
Aku
baru sadar, ternyata ada yang hilang
Terakhir
ku lihat dalam obrolan
Tanpa
ada pertemuan
Hanya
percakapan ringan
Tak
berkabar, tak mengirimkan pesan
Serupa
kata-kata perpisahan
Selagi
masih diucapkan
Rasa
itu berguguran
Lantas
menyakitkan
Apalagi
sekedar berpapasan
Saling
diam dalam kecanggungan
Bila
ada jumpa
Apakah
ada untuk saling menyapa?
Serupa
notifikasi terakhir
Sudahlah,
akhiri saja semuanya
________
"
Jika notif satu kali dari doi saja auto
fast respon,
lalu
kenapa notif lima kali dari Allah? auto slow respon
Ingatlah,
kita hidup sekali, mati sekali
Maka
persiapkanlah bekal sebelum pergi dari dunia ini
Agar
bisa berjumpa dengan Allah di surga nanti
Dengan
segera menjawab notifikasi dari Sang Ilahi " .
-Silfia Rizky-
________
Sebuah Sapaan
Karya : Lis Natahdiya Laulaa
Siang telah berlalu,
digantikan oleh malam bertabur bintang yang bersinar malu. Duduk bersandar di
kursi balkon. Aku menggerakkan telunjuk mungil ke angkasa gelap. Menggambar
abstrak seseorang yang kutunggu.
Di samping ku, sebuah ponsel berbunyi. Cepat-cepat kubuka kunci
ponsel, berharap seseorang membalas pesan dari ku. Namun, nyatanya hanya sebuah
notifikasi pesan tak penting.
"Selamat, nomor BRI Anda memenangkan hadiah uang
tunai sebesar Rp1000.000.000. Silahkan klik link
di bawah ini untuk info lebih lanjut."
Begitulah kira-kira pesan dari sms bodong itu.
"Aku gak butuh uang, udah kaya dari lahir,"
batinku. Ku letakkan ponsel di saku jaket.
Malam semakin larut, udara
dingin dengan lancang masuk ke tubuhku. Aku kedinginan. Segera ku tutup jendela
dan menggosok gigi. Kurebahkan tubuh mungil ini ke kasur Barbie. Mengapit pasangan tidurku,
guling. Menghela napas sejenak, guna meredam rindu. Menarik selimut dan siap
menjemput mimpi. Berharap esok lebih baik lagi.
Sedikit lagi mata terpejam,
bunyi notifikasi Instagram di ponselku. Mengganggu konsentrasi tidurku. Dengan malas
aku membuka aplikasi Instagram. Terpampang sebuah pesan dari seseorang yang
kutunggu. Senyum terukir di bibir tipis ku. Dengan hati berdegup kencang, ku
buka pesan itu.
"Hai."
"Apa kabar?"
Dua baris, tiga kata, sepuluh huruf membuat ku
melayang. Seperti mimpi di siang bolong mendapatkan pesan dari dia.
Bangun dari kasur, aku berjoget ria. Merayakan
penantian panjang demi sebuah notifikasi. Malam ini, di kamar ini. Sebuah
deklarasi ku sampaikan bahwa, aku telah di-notice oleh dia. Ku tulis pesan darinya di sebuah kertas dan lalu
ku tempel di dinding.
Deklarasi Notifikasi
Dengan di tulisnya pesan ini untuk diingat selalu.
"Hai. Apa kabar?"
Demikian deklarasi ini dibuat dengan sebenar-benarnya
dan hati yang berbunga.
Jakarta, 07 Februari 2021
Kamar Seorang Gadis
Aku membaca sekali lagi pesan yang dikirim untuk ku,
senyum lebar tak melenggang pergi dari bibir ini. Rasa gugup dan malu menjadi
satu. Dengan keberanian penuh, ku balas pesan itu.
"Hai juga."
"Kabarku baik. Bagaimana dengan mu?"
Ku letakkan ponsel di meja. Debaran di dada begitu
kencang, bagai tabuhan gendang. Tak perlu menanti lama, satu menit kemudian
"Ting," bunyi ponsel kembali terdengar.
Dia, membalas pesanku dengan cepat. Oh, aku sungguh
bahagia. Tak bisa ku deskripsi. Intinya aku bahagia dunia dan akhirat. Hingga
percakapan itu berlanjut. Awalnya berharap sebuah sapaan berakhir menjadi
pasangan.
________
Posting Komentar