RASA 13

  

“Dikehidupan, kita singgah dan pergi. Tanpa pergi, kita tidak tahu betapa berharganya singgah. Jikalau pun pergi, tak usah khawatir, sebab kisah-kisah kita masih dan akan tetap indah dalam sejarah.”

-Asa Alvino Wendra-

_________________________

“Jika tidak ingin berpisah, jangan berani untuk mengenal.”

-Tasya Rivia-

_________________________

 

“Bukan kehilanganmu yang kutakutkan dari sebuah perpisahan, tetapi kebiasaan bersamamu yang akan hilang setelah kita berpisah.”

-Aulia Erid Angelica”

________________________

 

“Ternyata selama ini aku salah, aku mengira membutuhkan sosoknya untuk bersama kembali tapi ternyata aku hanya sedang membiasakan hari tanpa kebiasaan bersamanya.”

-Aulia Erid Angelica-

_________________________

 

“Perpisahan bagi sebagian orang adalah akhir, namun bagiku itu adalah awal untuk sesuatu yang baru. Sesuatu yang mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya, sesuatu yang mungkin justru malam membawa kita ke hal yang lebih baik.”

-Emlly-

_________________________

 

“Ku tatap senja itu, masih selalu begitu, seperti menjanjikan suatu perpisahan yang sendu. Untuk itu terimakasih senja, kau ajarkan aku arti sebuah pertemuan.”

-Syarifa Ayuni-

___________________________

 

“Perpisahan tak pernah mengajarkan untuk melupakan, tetapi mengajarkan kita untuk menghargai kebersamaan”

-Salshabila Nadya-

__________________________

 

“Ciptakanlah momen berharga, agar kau tetap ingat kita pernah bahagia bersama”

-Salshabila Nadya-

__________________________

 

Teruntuk setiap orang yang sampai pada titik akhir

Ingatlah. Banyak hal yang setelah dilepas, baru hadir

Dan kini kaulah penentu kisah yang telah lalu

Apakah kau biar merisak kalbu atau berlalu seiring waktu

-Prawinatesya

__________________________

Mereka bilang setiap awal pasti akan ada akhir

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan

Tapi kita tak perlu takut kawan,

Sebab awal dan akhir selalu terhubung

- Harisa Rahma Wenatri -

________________________

 

Berpisah

Karya : Deys

 

Waktu berjalan tanpa kurasa

Aku kira kau pantas, nyatanya kau hanya sekedar melintas

Hujan deras membasahi diri ini

Menyisakan bayangmu yang kini memudar

Tanpa kata pisah kau menghilang bagai senja

Yang hanya kunikmati dalam sekejap mata

Kini kau tak lagi membantuku menulis kisah

Sekarang kau tak lebih dari sebuah kata kenangan

______________________

 

Perpisahan

Karya : Kartika Putri

 

Kutapakkan kaki pada ujung November

Banyak hal yang bergeser, lalu lengser

Kulihat langkah-langkah yang mulai terhenti

Kamu pun tahu, ini semua belum cukup untuk diakhiri

 

Perpisahan itu nyata, kenapa kita memulai?

Kenangan itu pahit, mengapa kita melalui?

Akhir itu pasti, untuk kita menjalani?

Benar, aku memikirkannya dalam hari-hari

 

Tapi layaknya roda nan berputar

Bagaikan dia yang tengah mengejar

Seperti air yang berpencar

Semua akan terdiam dalam satu titik

Saat tiba masanya oleh keseimbangan yang megusik

 

Semua perpisahan tidak berarti untuk berhenti

Semua kenangan adalah bingkai untuk mengenang kembali

Semua perjalanan adalah proses membangun diri

Maka, apalagi yang aku takuti? Aku akan tetap mengikuti

 

Hal-hal yang berharga ini, membuatku terus berlari

Menuju hari baru yang lebih baik lagi

Walaupun suasana berbeda

Tapi dalam satu rasa

_____________________

 

Perpisahan dan Kenangan

Karya : Nola Vita Sari

 

Ku susuri kembali perjalanan panjang di awal pertemuan

Bait-bait rasa, senandika berkisahkan cerita kita, dalam larik suka duka

Tanpa bertanya, tanpa pernah berpikir bahwa masa dan waktu akan habis jika tiba saatnya

Bukankah setiap yang bermula, tentu akan menemui akhirnya?

Pada kenyataannya benar, bahwa yang berawal tentu akan berakhir

Begitu pula lah pertemuan yang berujung pada perpisahan

Tidak ada yang abadi, selain kenangan …

________________

 

Balada Rindu

Karya : Farhan Alkindy

 

Lihat,tepat sesaat pelita padam

Tepat sesaat temu dikhatam

Sepi seketika menjalar hingga ubun-ubun

Rindu menjadi gaung panjang

Di ruang hampa yang disebut sepi

Benak seketika terlempar

Meraba baju hangat yang pernah kita rajut tempo dulu

Jelas, tampak motif bunga krisan

Yang konon,kita yakini sebagai lambang persahabatan

Hah…

Legenda yang aneh memang

Tapi, tiap-tiap sekat rajutannya memang kita sisipkan sekelumit cerita kita

Perihal cita-cita, kebersamaan,

Bahkan, sedikit romansa singkat sepasang manusia

___________________

 

Pada Akhirnya

Karya : Yuliani Asri Assafa

 

Pada akhirnya...

 

Semua yang kita miliki akan pergi dan hilang. Baik kita mampu atau tidak untuk menghadapinya, semua itu harus dan pasti akan terjadi.

Pada akhirnya...

Kita juga harus siap ketika posisi kita akan tergantikan oleh sosok lain yang mungkin menurutnya lebih pantas bersamanya. Mau tidak mau, suka tidak suka, mampu tidak mampu, kita harus bersiap untuk kemungkinan itu.

Pada akhirnya...

Perpisahan adalah suatu keharusan yang wajib kita terima. Entah memang sudah waktunya untuk berpisah, atau justru kita dan/mereka yang memilih untuk berpisah dengan sengaja. Karena datang dan pergi adalah hak yang tidak bisa kita paksakan.

 

Pada akhirnya...

 

Kita tidak bisa memaksakan semuanya tetap sama. Perubahan akan selalu ada, mau tidak mau. Sesuatu yang begitu dekat hanya dalam kejapan mata bisa berubah menjadi hal yang tak pernah kita inginkan. Pun sesuatu yang terasa jauh, bisa jadi adalah hal yang paling dekat.

 

Pada akhirnya...

 

Kamu tak bisa berharap bahwa semuanya akan terus seperti itu. Karena kebanyakan harapan justru menjadi pemicu munculnya rasa kecewa dikemudian hari. Hari ini kita bisa bersama, hari ini kita bisa berdua, hari ini kita bisa senada, tapi kita tidak tahu apakah tahun depan, bulan depan, minggu depan, atau justru besok kita masih bersama, menjalin cerita, dan senada lagi.

 

Pada akhirnya...

 

Ini bukan tentang apa yang terjadi pada saya atau kamu. Ini adalah tentang apa yang akan terjadi pada semua orang. Ini adalah tentang apa yang akan terjadi terus-menerus dalam hidup saya, kamu, dan mereka.

Pada akhirnya...

Kamu harus bersiap untuk menyadari bahwa kamu hanya akan tinggal sendirian dalam bayang-bayang narasi yang kamu ciptakan sendiri.

___________________

 

Aulia Erika

Oleh : Dani Tirtajaya Pramana

 

Aulia Erika, gadis mungil yang sangat aktif. Sebagai ketua paduan suara, anggota klub seni rupa, dan terkenal pintar karena mengikuti olimpiade fisika hingga internasional. Kau tahu, ini terkesan gila. Aku selalu menatap ke arahnya, entah karena dia sangat menggemaskan mungkin. Aku tertawa menuliskan ini. Fakta menariknya dia selalu sadar akan hal itu, dan tersenyum kepadaku. Tentu saja, aku sangat malu karena tertangkap basah.

Aku duduk di bangku belakang kelas, tidak di dekat jendela tapi di tengahnya. Aku selalu terhibur ketika melihat teman-teman kelasku melakukan hal konyol contohnya saja, Kartika Putri yang sedang mungupil lalu menaruhnya di tas Putri, atau Ayu yang selalu menyembunyikan hp nya di laci meja agar tidak ketahuan oleh guru.

Seperti pada umumnya, aku lelaki biasa-biasa saja, klub sains tidak memberikan kepopuleran seperti anggota basket ataupun Osis. Tapi dengan menyiram tanaman di setiap sore, tepatnya di rumah kaca klub sains, aku dapat mendengar nyanyian merdu Erika. Tentu saja aku bukan penguntit. Bukan. Semuanya kebetulan. Terserah jika kau mau memberikan pandanganmu padaku.

Aku teringat ketika pertama kalinya sejak tiga bulan aku sekelas dengannya, guru sejarah bernama Bu Tecun membagikan pasangan presentasi essay mengenai sejarah peradaban. Dengan terkejutnya aku dipasangkan dengannya. Tentu saja, aku panik takut menjadi beban karena Bu Tecun tahu aku tidak suka pelajaran sejarah. Saling berhadapan, aku begitu gugup dan selalu menunduk. Tak disangka Erika tertawa, dia berkata kau tidak usah gugup dan santai saja, karena dia menganggapku sebagai rekan kerja yang menarik.

Waktu pengerjaan dilakukan selama perjalanan studi wisata salah satunya ke museum nasional. Keesokan harinya, aku diberitahu oleh pihak sekolah agar mewakili pertemuan pemuda sains di Malaysia karena penelitianku tentang khasiat tanaman bajakah telah di terima. Aku sangat senang saat itu, namun juga sedih.

Untuk memenuhi persyaratan, aku harus medical check up untuk memastikan kesehatanku baik-baik saja. Aku menyusuri lorong panjang rumah sakit, dan ku temukan sebuah buku harian bertuliskan nama Aulia Erika.

Tiga hari setelahnya, aku,  serta teman se-tim ku bernama Emily,  dan Dani berangkat menuju Malaysia dan menghabiskan waktu selama seminggu. Tentu saja aku memikirkan dia, buku hariannya masih berada ditanganku. Saat hari pertama persiapan, kelasku sudah berangkat dan aku tak sempat mengembalikannya.

Singkat cerita, kami memenangkan medali emas, dan sekolahku bangga akan hal itu. Saat aku kembali ke sekolah, wajahku dan teman-teman ku termasuk Erika masuk dalam Mading Pena sekolah sebagai siswa berprestasi. Kepopuleran ku naik drastis. Terasa sesak masih teringat ketika semua orang berkumpul disekitarku ingin bertanya mengenai pengalamanku di luar negeri. Namun sosok Erika tidak ada dimana-mana.

Ternyata memang sudah dua minggu dia tidak bisa pergi ke sekolah. Keesokan harinya, Erika masuk sekolah, kembali lagi dengan wajah cerianya dan kembali lagi dia sadar dengan tatapanku dan tersenyum. Kami bertemu di perpustakaan, aku menyerahkan buku hariannya. Nampaknya dia tidak terkejut. Dia tersenyum. Suasana begitu senyap. Dia bertanya kepadaku, apakah kau membacanya? Aku menggelengkan kepalaku. Dia berkata bukalah dan baca, jangan takut. Dia lalu berlari di lorong-lorong buku perpustakaan sambil bersenandung. Menunggu reaksiku membaca buku hariannya.

"Hai, kau tau, kau harus kuat. Enam bulan lagi.. Ingatkan... Kamu harus tetap semangat! " 

"Erika!  Kau bodoh ya... Seharusnya kau mengusir lelaki itu dari bangku belakang kelas! Kau kan ingat ingin merasakan duduk di belakang dalam hidup mu."

"Hai Erika, lelaki itu ternyata baik ya, ku masih teringat ketika ada petugas kebersihan sekolah dihina oleh siswa lain, namun lelaki itu membantu tong sampah itu kembali tegak dan memasukkan sampah sesuai jenisnya."

"Erika,  kau sadar tidak dia selalu menatapmu, seharusnya kau marah. Tapi kenapa jantungku berdebar ya."

"Erika! Kau rela menyogok Bu Tecun untuk sekelompok dengan lelaki itu?  Kau masih waras? Tapi aku salut dengan kepercayaan diriku sendiri" ps: aku sangat menantikan perjalanan wisata >\\\<

"Erika, kau tetap semangat ya, walaupun yang tersisa hanya dua bulan,  kau harus semangat. Jangan pikirkan lelaki itu!" ps: Semangat,  semoga dia dapat mendali emas, Aamiin.

"Sengaja kutinggalkan buku ini untukmu, aku sengaja menjatuhkannya. Mulutku terlalu kaku untuk memberitahukannya,  tetapi hati ku tak dapat menahannya." ps: Ketidak pastian akan selalu menyertai kita,  entah kau atau aku, kita tak pernah tahu kata perpisahan kapan akan diucap.

Rasanya sesak, dadaku saat itu terasa panas. Air mata ku berlinang. Ku cari Erika, dan dia terbujur menggigil di lantai perpustakaan.

Ternyata Erika rela pergi ke sekolah karena untuk menemuiku. Untunglah dia masih sempat diselamatkan dan konsidinya stabil. Sejak saat itu, aku selalu mengunjunginya ketika pulang sekolah. Dia selalu tersenyum dan kata-kata yang diucapkan selalu optimis. Waktunya tinggal dua minggu lagi sebelum operasi besar. Aku tahu dia ketakutan. Ketika aku menggenggam tangannya, selalu bergetar, suara paraunya terdengar karena dia selalu menangis di tengah malam.

Hari H ketika operasi besar dimulai, semua orang disekolah mendoakan kelancarannya. Aku menunggu bersama keluarga Erika. Menghabiskan waktu delapan jam, dokter keluar, dan memberitahukan keadaannya Erika.

Aku mendengarnya. Kemudian aku menangis. 

Aku sangat-sangat mencintainya.

 

 

3 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama