PUISI/SAJAK
Sunyi yang BicaraOleh Annisa Rahmayani
Di luar, semua tampak baik-baik saja,
senyum mengalir, tawa mengisi ruang.
Namun, di dalam ada riuh tak bernama,
berdesakan di balik layar yang tak pernah terbuka.
Ada suara lelah yang tak terucap,
ada doa kecil yang hanya berbisik pada malam,
ada luka yang dibiarkan tidur sendiri,
menyamar jadi kuat di hadapan hari.
Hidup memang begitu,
tak semua ingin ditunjukkan,
kadang yang terdengar hanyalah bayangan,
sementara yang paling jujur-
bersembunyi dalam senyap.
Dan mungkin, suara-suara itu
bukan untuk dunia,
tapi untuk kita sendiri
pengingat bahwa yang tersembunyi
pun layak dimengerti.
Fragmen yang TertinggalOleh Annisa Rahmayani
Ada bayangan yang tak ikut tersenyum,
meski wajah telah pandai menyamarkan.
Di balik percakapan dan tanda hadir,
terdapat gema yang tak pernah diumumkan.
Hari berjalan dengan langkah biasa,
sementara batin menyalakan api kecil.
Ia ingin bicara, namun memilih diam,
mengirimkan tanda lewat sepi yang panjang.
Mungkin dunia hanya membaca permukaan,
namun di sela-sela diam itulah kita hidup-
sebagai fragmen yang tertinggal,
menyuarakan diri
tanpa pernah benar-benar terdengar.
SENANDIKA
Oleh Alya Saputri Brutu
Senandika 1
Di balik layar, aku berteriak,
bukan untuk didengar,
hanya agar dunia tetap berjalan.
Senandika 2
Semua orang menatap ke depan panggung,
tapi tak ada yang tahu,
ada aku di balik tirainya,
berbicara tanpa wujud.
QUOTES
Oleh Aulia Saputri
“Aku tak selalu hadir di hatimu, namun dari balik layar hidupmu, ada senyumku yang diam-diam merayakan setiap keberhasilanmu. "
“Aku tak hadir di panggung ceritamu,
namun dari jauh, aku selalu bertepuk tangan dalam hening.”
CERPEN
Suara di Balik Layar
Oleh Zikrika Istiqomah
Rani duduk di depan layar laptopnya, lampu kamar sengaja diredupkan. Di luar, malam begitu sunyi, hanya suara jangkrik yang sesekali terdengar. Ia membuka aplikasi rekaman suara, lalu menekan tombol merah.
“Selamat malam, teman-teman yang mungkin sedang merasa sendiri. Kalian tidak sendirian,” ucapnya pelan, dengan nada selembut bisikan.
Rani bukan penyanyi, bukan pula selebriti. Ia hanya gadis biasa, mahasiswa tingkat akhir yang sering merasa tak punya cukup keberanian untuk tampil di depan orang banyak. Namun, di balik layar laptop, ia menemukan dirinya bisa bicara tanpa rasa takut.
Setiap malam, ia merekam potongan cerita, doa, atau sekadar kata-kata penyemangat. Lalu ia unggah di kanal podcast kecilnya yang ia beri nama Suara di Balik Layar.
Yang mengejutkan, pendengar mulai berdatangan. Ada yang menulis komentar singkat: “Terima kasih, suaramu menenangkan.”
Ada juga yang mengirim pesan panjang, menceritakan betapa suara Rani menemani mereka di saat-saat tergelap.
Namun, di balik semua itu, Rani sendiri masih berperang dengan kesunyian. Tak ada seorang pun di rumah yang tahu tentang aktivitas malamnya. Ia lebih memilih membagi kekuatan lewat suara ketimbang wajah.
Suatu hari, seorang pendengar bernama Arka menulis email:
“Aku tahu kita mungkin tidak akan pernah bertemu, tapi suara kamu sudah jadi alasan aku bertahan. Aku ingin kamu tahu itu.”
Rani membaca email itu berkali-kali. Ada kehangatan aneh yang menjalar, seakan kata-kata itu kembali padanya, menjadi pelukan tak kasat mata.
Malam itu, saat menekan tombol rekam, suaranya sedikit bergetar.
“Kadang, kita memang hanya perlu percaya bahwa ada seseorang di luar sana yang mendengar, meski kita tak pernah melihat wajahnya. Dan aku ingin bilang, suara kalian juga penting. Jadi jangan berhenti berbicara pada dunia, meski hanya lewat bisikan kecil.”
Di luar kamar, dunia tetap bising dengan hiruk pikuknya. Tapi di balik layar, ada suara yang pelan, jujur, dan tulus suara yang mampu menjangkau hati tanpa pernah terlihat.

Posting Komentar